BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia termasuk negara Kelima yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Dimana seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula jumlah tenaga kerja yang akan di hasilkan nantinya. Dengan demikian di perlukan lowonmgan pekerjaan yang cukup besar untuk menampung jumlah tenaga kerja yang ada sehingga dapat menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam perusahaan manufaktur, karena dengan tenaga kerja dan peranan para karyawanlah maka kegiatan perusahaan dapat dijalankan demi menghasilkan tenaga kerja yang nantinya dapat diharapkan, maka pihak manajemen perlu mengadakan pembinaan dan pengendalian yang baik serta mengadakan pengawasan terhadap biaya tenaga kerja, karena pada umumnya biaya tenaga kerja merupakan elemen biaya produksi yang cukup besar.
Biaya tenaga kerja merupakan salah satu baiaya untuk mengubah biaya overhead pabrik yang merupakan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Di dalam perusahaan manufaktur, umumnya biaya tenaga kerja merupakan elemen biaya produksi yang cukup besar sehingga amat penting dan perlu untu mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja.
Tujuan utama diadakannya pengendalian dan pengawasan biaya tenaga kerja bagi manajemen yaitu supaya dicapai efisiensi tenaga kerja yang termasuk didalamnya masalahnya penetuan tingkat kompensasi (gaji dan upah) yang memadai, untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas dan dapat dicapainya volume produksi secara maksimal.
Mengingat pentingnya arti biaya tenaga kerja maka penulis mencoba menyusun sebuah penulisan ilmiah dengan judul : “Analisis selisih biaya tenaga kerja pada PT.PANASONIC.”
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang penulis uraikan diatas maka masalah pokok yang disajikan dengan penulisan ilmiah ini adalah bagaimana analisa biaya tenaga kerja pada PT.PANASONIC
1.3. Batasan Masalah
Dengan membahas mengenai biaya tenaga kerja, maka penulis akan membatasi dengan menggunakan perhitungan tiga selisih biaya tenaga kerja yang sesungguhnya terjadi dengan biaya tenaga kerja standar pada karyawan bagian produksi pada bulan januari sampai Juni 2008.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui analisa selisih biaya tenaga kerja pada PT.PANASONIC
1.5. Metodologi Penelitian
Untuk mengetahui kelengkapan dari informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
pengumpulan data di lakukan dengan metode lapangan
a. Kasus diambil pada PT.PANASONIC yang beralamat di Jalan Raya Bogor Jakarta Timur Kasus di pilih secara sengaja
b. Jenis data yang diambil data kuantitatif
2. Metode penyusunan tinjauan teoritis
untuk menyusun teoris dipergunakan metode perpustakan atau kerangka teori didapat dari buku referensi yang relevan
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memisahkan dalam menyelesaikan penulisan ini penulis membagi isinya menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang pengertian-pengertian biaya tenaga kerja, penggolongan kegiatan dan biaya tenaga kerja. Akuntansi Biaya tenaga kerja.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang sejarah singkat perusahaan, bidang usaha yang dilakukan oleh perusahaan, serta struktur organisasi dari perusahaan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini akan diuraikan tentang data-data yang sudah ada menganalisa dan mencari nilai gaji dan upah.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari masalah yang dibahas didalam penulisan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Biaya
Definisi menurut Matz Adoph dan Milton Usry pada buku Akuntasi Biaya Perencanaan dan Pengendalian (1994 hal 410)
“Biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat.”
Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (1995 kerangka dasar, 70 dan 78) memberikan pengertian biaya sebagai berikut :
“Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntasi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktivas atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanan modal.”
Jadi Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan yang merupakan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau terjadinya kewajiban yang dilakukan guna memperoleh manfaat.
II.2. Penertian Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi pada buku Akuntansi Biaya (2000 hal 343)
“Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk, Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia tersebut.”
Menurut Supriyono buku Anuntansi Biaya (1999 hal 453)
“Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.”
II.3. Pengolongan Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi buku Akuntansi Biaya (2000 hal 344 dan 345) biaya tenaga kerja dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan, organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam tiga pokok diantaranya produksi, pemasaran, dan administrasi.
b. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan, biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut.
c. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya, dalam suatu departemen tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat pekerjaannya.
d. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
II.4. Akuntasi Biaya Tenaga Kerja
Menurut Supriyono, buku Akuntasi Biaya (1999 hal 475) pada dasarnya akuntansi biaya tenaga kerja berhubungan dengan pencatatan secara terperinci atas biaya tenaga kerja yang harus diselenggarakan oleh bagian akuntansi keuangan dan akuntasi biaya.
II.4.1. Gaji dan Upah
Tujuan program ini adalah meningkatkan produktivitas karyawan yang berarti akan meningkatkan penghasilan karyawan yang produktivitasnya tinggi dan sekaligus dapat menekan biaya produksi satuan. Salah satu cara adalah mengalihkan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian untuk menentuakn upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah kerjanya selama periode waktu tertentu.
Dalam perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, dokumen pokok untuk mengumpulkan waktu kerja untuk karyawan adalah kartu haidr dan kartu jam kerja. Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan kartu jam kerja adalah kartu yang digunakan untuk mencatat pemakaian waktu hadir karyawan.
Akuntansi biaya gaji dan upah dilakukan dalam empat tahap pencatatan berikut ini :
Tahap 1. Berdasarkan kartu hadir karyawan, pembagian pembuatan daftar dan upah kemudian membuat daftar gaji dan upah karyawan. Atas gaji dasar rekapitulasi gaji dan upah tersebut, bagian akuntansi kemudian membuat jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses-Biaya Tenaga kerja xxx
Biaya Overhed Pabrik xxx
Biaya Administrasi dan Umum xxx
Biaya Pemasaran xxx
Gaji dan Upah xxx
Tahap 2. Atas dasar daftar gaji dan upah tersebut bagian keuangan membuat bukti kas keluar dan cek untuk pengambilan uang dari Bank. Atas dasar bukti kas keluar tersebut, bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut :
Utang PPh Karyawan xxx
Utang Gaji dan Upah xxx
Tahap 3. Setelah cek diungkapkan di Bank, dan uang gaji dan upah kemudian dimasukkan kedalam amplop gaji dan upah tiap karyawan. Uang gaji dan upah karyawan kemudian dibayarkan oleh juru bayar kepada tiap karyawan yang berhak. Tiap karyawan menandatangani daftar gaji dan upah sebagai bukti telah diterimanya gaji dan upah mereka atas dasar daftar gaji dan upah yang telah menandatangani karyawan, bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:
Utang Gaji dan Upah xxx
Kas xxx
Tahap 4. Penyetoran pajak penghasilan karyawan ke kas negara di jurnal oleh bagian Akuntansi sebagai berikut :
Upah PPh Karyawan xxx
Kas xxx
Beberapa sistem program insentif gaji dan upah antara lain:
a. sistem premi bonus jam kerja
1. Premi sistem Halsey
Upah insentif yang didasarkan premi sistem Halsey dapat di hitung dengan rumus:
G = T (JS + ½ JH)
2. Premi sistem Rowan
Rumus perhitungan upah premi sistem Rowan adalah sebagai berikut:
G = (1 + JH/JSt) (JS x T)
3. Premi sistem Bart
Pada sisten ini tidak ada jaminan upah minimun. Rumusan perhitungan upah dengan premi sistem Bart adalah:
G = ( JSt X JS) T
II.4.2. Premi Lembur
Premi lembur di bayarkan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja maksimal dalam satu periode tertentu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perburuan. Perlakuan premi lembur tergantung atas alasan-alasan terjadinya lembur tersebut, premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadi lembur tersebut.
II.4.3. Insentif
Dalam hubungan dengan gaji dan upah perusahaan memberikan insentif kepada karyawan agar dapat bekerja lebih baik. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi diantara keduanya.
II.5. Biaya Tenaga Kerja Lain-lain
Menurut Supriyono, buku Akuntansi Biaya (1999 hal 464)
II.5.1. Biaya Pensiun
a. Pembentukan Dana Pensiun
Pembentukan dana pensiun adalah masalah proyeksi dana yang diperlukan untuk membayar pensiun diwaktu yang akan datang setelah karyawan berhenti bekerja. Dalam pembentukan dana pensiun yang bersifat hati-hati, terutama mengandalkan dana yang berasal dari potongan atas gaji dan upah dan sumbangan perusahaan
b. Pembayaran Dana Pensiun
pembayaran dan pensiun kepada setiap bekas karyawan yang menerima pensiun pada umumnya dilaksanakan oleh yayasan.
II.5.2. Tunjangan Liburan
Perusahaan seringkali memberikan tunjangan liburan kepada karyawannya. Tunjangan liburan untuk karyawan pemasaran diperlakukan sebagai elemen biaya pemasaran, dan untuk karyawan administrasi dan umum diperlakukan sebagai biaya administrasi dan umum.
II.5.3 Bonus Bagian Laba
Untuk karyawan yang tetap perbulan sering kali memperoleh bonus bagian laba yang didasarkan pada persentase tertentu dari jumlah laba atau sebesar gaji selama sebulan, atau berdasrkan peraturan lainnya yang berlaku didalam suatu perusahaan.
II.5.4. Biaya Waktu Setup
Pada saat tertentu, diperlukan waktu, biaya, dan tenaga kerja untuk menyetel mesin, sistem pemindahan produk dan fasilitas lainnya sebelum memulai pekerjaan tertentu
II.5.5 Biaya Pendidikan Dan Latihan
Pada perusahaan manufaktur yang baru didirikan, biaya pendidikan dan latihan karyawan akan ditunda pembebanannya dan dimasukkan kedalam rekening beban ditangguhkan dan akan dimurtisasikan sebagai biaya sesuai jangka waktu dari manfaat biaya tersebut.
II.5.6. Biaya waktu Menggangur atau Waktu Tunggu
Biaya waktu menggangur dan waktu tunggu yang sifatnya normal akan diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya dan dibebankan kepada produk melalui biaya overhead pabrik.
II.6. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi Buku Akuntansi Biaya (2000, hal 351)
II.61. Setup Time
Seringkali terjadi sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai produski, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula produksi. Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk pembuatan rancang bangun, penyusunan mesin dan peralatan, latihan bagi karyawan dan kerugian-kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman.
II.6.2. Waktu Mengganggur (Idle Time)
Dalam mengolah produk, seringkali terjadi hambatan-hambatan, kerusakan mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menggangur bagi karyawan , biaya-biaya yang dikeluarkan selama waktu menggangur diperlukan sebagai sebagai unsur biaya overhead pabrik.
II.7. Definisi Biaya Standar
Menurut Mulyadi Buku Akuntasi Biaya (2000, hal 415)
“Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuk, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu-satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu”.
II.8. Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan kerja dan kegiatan yang lain
II.9. Kelemahan Biaya Standar
Tingkat ketetatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. Meskipun ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah diterapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau kelonggaran yang relatif sama, seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel,meskipun dalam jangka waktu pendek.
II.10. Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam perhitungan selisih biaya tenaga kerja langsung terdapat tiga metode perhitungan :
a. STU = (Tust – Tuss) x Jkst
Di mana STU = Selisih Tarif Upah
Tust = Tarif Upah Standar
Tuss = Tarif Upah Sesungguhnya
b. SEU = (JKst – JKss) x Jkst
Dimana : SEU = Selisih Tarif Upah
JKst = Jam Kerja Standar
JKss = Jam Kerja Sesungguhnya
Tust = Tarif Upah Standar
c. ST/EU = (JKst – JKss) x (Tust – Tuss)
Dimana : ST/EU = Selisih Tarif / Efisien Upah
JKst = Jam Kerja Standar
JKss = Jam Kerja Sesungguhnya
Tust = Tarif Upah Standar
Tuss = Tarif Upah Sesungguhnya
Minggu, 25 April 2010
Rabu, 07 April 2010
METODE DESKRIPTIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, setiap manusia belajar seluruh hal yang belum mereka ketahui. Bahkan dengan pendidikan, seorang manusia dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas yang membatasi dirinya. Pendidikan melahirkan seorang yang berilmu, yang dapat menjadi khalifah Allah di bumi ini. Seperti diungkapkan Muhammad ‘Abduh, seorang tokoh pembaharu Muslim terkenal, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala sesuatu.1
Di satu sisi, Muthahhari adalah seorang tokoh intellektual Iran yang terkenal sangat produktif dalam menelurkan pemikiran-pemikiran baru mengenai ajaran Islam lewat karya-karyanya. Bisa dikatakan, bahwa beliau adalah kampiun bagi kebangkitan tradisi intellektual dan rasional di dunia Muslim. Namun, di sisi lain, kita belum mendapatkan sebuah karya khusus dari beliau mengenai pendidikan.
Ide-ide Muthahhari mengenai pendidikan masih belum dikumpulkan. Ia masih tersebar secara terpisah-pisah dalam karya-karya beliau yang sangat banyak, sehingga untuk mengetahui konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari dirasakan cukup sulit. Bukan saja tidak ada kitab atau buku spesifik yang menguraikan tentang masalah tersebut, tetapi bahkan memang buah pemikirannya yang sangat brilian dan sangat luas ilmunya menyulitkan untuk disentuh secara menyeluruh. Tetapi melalui beberapa karyanya dapat dipahami bahwa sesungguhnya Muthahhari adalah seorang ‘alim yang memiliki konsep pendidikan yang khas.
Muthahhari menunjukkan bahwa pada diri manusia itu ada sifat kehewanan dan kemanusiaannya. Karakteristik yang khas dari kemanusiaannya ialah iman dan ilmu (sains). Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju “ke arah kebenaran-kebenaran dan wujud-wujud suci”. Manusia tidak bisa hidup tanpa mensucikan dan memuja sesuatu”.
Tetapi manusia juga memiliki kecenderungan untuk memahami alam semesta, untuk “menjelajah tempat-tempat yang berada di luar lingkungannya, seperti planet-planet lain dan juga tentang masa lampau dan masa depan”. Oleh karenanya, kita dapat menyimpulkan bahwa perbedaan yang paling penting dan mendasar antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya terletak pada iman dan ilmu (sains) yang merupakan kriteria kemanusiaannya.
Karena iman dan ilmu adalah karakteristik kemanusiaan, maka pemisahan keduanya akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu akan mengakibatkan fanatisme dan kemunduran, takhayul dan kebodohan. Ilmu tanpa iman akan digunakan untuk memuaskan kerakusan, kepongahan, ekspansionisme, ambisi, penindasan, perbudakan, penipuan dan kecurangan. Muthahhari menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang memadukan iman dan ilmu (sains).2
Keterkaitan antara iman dan ilmu dan pertalian keduanya yang tidak dapat dipisahkan selalu mewarnai pemikiran dan dasar konsep pendidikan Muthahhari. Lazimnya para ulama yang lain, Muthahhari menegaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu tidak bisa tergantikan. “Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az Zumar:9).
Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, banyak sekali hadis-hadis yang mewajibkan menuntut ilmu. “Mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”. (Ushul al-Kafi, Jld. I, h. 30). Arti dari hadis ini adalah bahwa salah satu kewajiban Islam, yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap orang muslim; tidak hanya dikhususkan bagi satu kelompok dan tidak bagi kelompok yang lain3, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sebagainya.
Kewajiban menuntut ilmu tidak memiliki pengkhususan, hanya untuk wanita atau lelaki saja, sebagaimana jihad dan shalat Jum’at hanya untuk kaum mukminin. Menuntut ilmu juga tidak memiliki batasan waktu atau masa tertentu, sebagaimana hadis Nabi saw, “Carilah Ilmu dari buaian sampai ke liang kubur” (Bukhari & Muslim). Pada setiap zaman manusia haruslah menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari ilmu. Keluasan kewajiban menuntut ilmu juga digambarkan dalam hadis, “Carilah ilmu walaupun di negeri Cina”. Artinya bahwa mencari ilmu tidak memiliki batasan tempat tertentu, sebagaimana juga tidak memiliki waktu tertentu seperti ibadah haji hanya di Mekah.
Masih dalam konsep kewajiban mencari ilmu, Muthahhari menukil salah satu hadis Rasulullah saw, “Seandainya engkau mengetahui apa yang terkandung di dalam mencari ilmu, maka niscaya mencarinya meskipun sampai harus mengalirkan darah dan menyelami lautan”. Dalam mengambil ilmu sebagai hikmah Muthahhari juga tidak membatasi pada satu golongan tertentu. Hal ini berdasarkan hadis Rasul saw, “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, yang akan diambil di mana saja mereka menemukannya”. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali kw juga menyatakan, “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, maka ambillah hikmah itu meskipun dari orang munafik”. 4
Jika Islam memerintahkan menuntut ilmu dengan tiada batasan golongan tertentu, waktu, tempat dan pengajarnya lalu mengapa Islam begitu mundur dan selalu berteman dengan kebodohan? Hal inilah yang sangat menyedihkan karena sesungguhnya perintah-perintah yang mulia ini telah ditinggalkan begitu saja oleh pengikut Islam itu sendiri.
Lebih jauh, tesis ini akan meneliti lebih dalam lagi mengenai buah pemikiran Murtadha Muthahhari mengenai pendidikan Islam. Hal ini, sebagaimana apa yang ada dalam pikiran penulis, adalah sangat penting diketahui oleh khususnya para pelajar/mahasiswa dalam bidang pendidikan Islam. Dan, lebih dikarenakan, seperti apa yang diutarakan di muka, bahwa pemikiran Muthahhari mengenai pendidikan masih belum dikumpulkan secara khusus dalam suatu konteks yang menyeluruh. Tentunya, penulis berharap, tesis ini merupakan sebuah usaha untuk secara serius mengumpulkan ide-ide Muthahhari mengenai pendidikan, yang diharapkan juga dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan Islam Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Penulis dapat merumuskan masalah dalam penulisan tesis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari?
2. Bagaimana kedudukan fitrah dalam sistem pendidikan Islam dalam pandangan Murtadha Muthahhari?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasarkan fakta dan data yang benar serta dapat dipercaya tentang pokok-pokok konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari.
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
1) Mendapatkan data dan fakta yang sahih mengenai pokok-pokok konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari, sehingga dapat menjawab semua permasalahan secara memuaskan.
2) Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, terutama bagi kemajuan ilmu pendidikan, khususnya menyangkut konsep pendidikan Muthahhari yang belum begitu dikenal akrab oleh pakar-pakar di bidang pendidikan.
b. Kegunaan praktis
1) Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Fakultas Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyyah Jakarta.
2. Merupakan sumber referensi bagi jurusan ilmu pendidikan (tarbiyyah), yang akan meneliti lebih lanjut mengenai konsep pendidikan Murtadha Muthahhari.
3) Memberikan masukan bagi para pakar di bidang pendidikan mengenai keunggulan dan originalitas konsep pendidikan Muthahhari, yang nantinya diharapkan dapat ditransfer ke dalam dunia pendidikan Islam Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan pengembangan dari metode deskriptif, yakni metode yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang bersifat kritis. Sedangkan metode deskriptif analitis, seperti dikemukakan oleh Suriasumantri, yaitu metode yang dipergunakan untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran manusia yang telah tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang berbentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis terhadapnya.5 Fokus penelitian deskriptif analitis adalah berusaha mendeskripsikan, membahas, dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model.6
2. Metode Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan “teknik penelitian kepustakaan” (library research methode), yaitu kegiatan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis untuk menunjang penelitian. data yang dikumpulkan berupa literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian, baik dalam bentuk buku, artikel majalah, ensiklopedia, kamus, dan sebagainya.
3. Sumber Utama
Sumber utama dalam penelitian ini adalah buku-buku karya Murtadha Muthahhari yang memuat pemikirannya mengenai konsep pendidikan Islam. Di antara buku yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah:
a. Al-Fithrah. Teheran: Muassasah al-Bi'tsah.
b. Falsafat al-Akhlak, Teheran: Muassassah al-Bi'tsah.
c. Man and Universe. Qum: Ansariyan Publication.
d. Ad-Dawāfi’ Nahw al-Mādiyah. Qum: Ansariyan Publication.
e. Muhadharat fi ad-Din wa al-Ijtima’. Teheran: Muassasah al-Bi'tsah.
f. Inna ad-Dīn ‘inda Allah al-Islām. Qum: Muassasah Sadr.
g. Society and History. Teheran: The Council for Ten-Day Dawn Celebrations
h. Ceramah-ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan, terjemahan Dah Guftor oleh A. Subandi. Jakarta: Lentera.
i. Pengantar Menuju Logika, terjemahan Asynai ba Ulume Islami, Duruse Mantiq oleh I.H. Al-Habsyi. Bangil: Yapi.
j. Manusia dan Agama. Bandung: Mizan, 1995.
E. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan isi tesis ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Di dalamnya menguraikan secara singkat mengenai latar-belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan & kegunaan, sistematika penulisan, serta metodologi penelitian/penulisan.
Bab II Biografi dan Karya-karya Muthahhari
Bab ini akan membahas secara khusus mengenai biografi Muthahhari. Pembahasan mengenai biografi tokoh ini dirasakan penting sebagai bahan untuk menganalisis pemikiran-pemikirannya, yang mana pemikiran seorang tokoh umumnya tidak terlepas dari proses pergulatan hidup yang dijalaninya.
Bab III Kerangka Teori
Bab ini akan secara khusus membahas kerangka teori yang menjadi pijakan dalam pembahasan selanjutnya.
BAB IV Pokok-pokok Konsep Pendidikan Murtadha Muthahhari
Bab ini akan membahas hal-hal mengenai seluruh ide-ide Murtadha Muthahhari mengenai pendidikan beserta hal-hal yang terkait dengannya. Bab ini juga berupaya menganalisis seluruh pemikirannya yang terkait dengan konsep pendidikan.
Bab V Kesimpulan
Merupakan bab terakhir dari tesis ini yang akan menyajikan hasil pembahasan dari penelitian mengenai garis besar konsep pendidikan Murtadha Muthahhari.
This is the html version of the file http://harjasaputra.files.wordpress.com/2007/03/bab-i.DOC.
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, setiap manusia belajar seluruh hal yang belum mereka ketahui. Bahkan dengan pendidikan, seorang manusia dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas yang membatasi dirinya. Pendidikan melahirkan seorang yang berilmu, yang dapat menjadi khalifah Allah di bumi ini. Seperti diungkapkan Muhammad ‘Abduh, seorang tokoh pembaharu Muslim terkenal, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala sesuatu.1
Di satu sisi, Muthahhari adalah seorang tokoh intellektual Iran yang terkenal sangat produktif dalam menelurkan pemikiran-pemikiran baru mengenai ajaran Islam lewat karya-karyanya. Bisa dikatakan, bahwa beliau adalah kampiun bagi kebangkitan tradisi intellektual dan rasional di dunia Muslim. Namun, di sisi lain, kita belum mendapatkan sebuah karya khusus dari beliau mengenai pendidikan.
Ide-ide Muthahhari mengenai pendidikan masih belum dikumpulkan. Ia masih tersebar secara terpisah-pisah dalam karya-karya beliau yang sangat banyak, sehingga untuk mengetahui konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari dirasakan cukup sulit. Bukan saja tidak ada kitab atau buku spesifik yang menguraikan tentang masalah tersebut, tetapi bahkan memang buah pemikirannya yang sangat brilian dan sangat luas ilmunya menyulitkan untuk disentuh secara menyeluruh. Tetapi melalui beberapa karyanya dapat dipahami bahwa sesungguhnya Muthahhari adalah seorang ‘alim yang memiliki konsep pendidikan yang khas.
Muthahhari menunjukkan bahwa pada diri manusia itu ada sifat kehewanan dan kemanusiaannya. Karakteristik yang khas dari kemanusiaannya ialah iman dan ilmu (sains). Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju “ke arah kebenaran-kebenaran dan wujud-wujud suci”. Manusia tidak bisa hidup tanpa mensucikan dan memuja sesuatu”.
Tetapi manusia juga memiliki kecenderungan untuk memahami alam semesta, untuk “menjelajah tempat-tempat yang berada di luar lingkungannya, seperti planet-planet lain dan juga tentang masa lampau dan masa depan”. Oleh karenanya, kita dapat menyimpulkan bahwa perbedaan yang paling penting dan mendasar antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya terletak pada iman dan ilmu (sains) yang merupakan kriteria kemanusiaannya.
Karena iman dan ilmu adalah karakteristik kemanusiaan, maka pemisahan keduanya akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu akan mengakibatkan fanatisme dan kemunduran, takhayul dan kebodohan. Ilmu tanpa iman akan digunakan untuk memuaskan kerakusan, kepongahan, ekspansionisme, ambisi, penindasan, perbudakan, penipuan dan kecurangan. Muthahhari menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang memadukan iman dan ilmu (sains).2
Keterkaitan antara iman dan ilmu dan pertalian keduanya yang tidak dapat dipisahkan selalu mewarnai pemikiran dan dasar konsep pendidikan Muthahhari. Lazimnya para ulama yang lain, Muthahhari menegaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu tidak bisa tergantikan. “Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az Zumar:9).
Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, banyak sekali hadis-hadis yang mewajibkan menuntut ilmu. “Mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”. (Ushul al-Kafi, Jld. I, h. 30). Arti dari hadis ini adalah bahwa salah satu kewajiban Islam, yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap orang muslim; tidak hanya dikhususkan bagi satu kelompok dan tidak bagi kelompok yang lain3, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sebagainya.
Kewajiban menuntut ilmu tidak memiliki pengkhususan, hanya untuk wanita atau lelaki saja, sebagaimana jihad dan shalat Jum’at hanya untuk kaum mukminin. Menuntut ilmu juga tidak memiliki batasan waktu atau masa tertentu, sebagaimana hadis Nabi saw, “Carilah Ilmu dari buaian sampai ke liang kubur” (Bukhari & Muslim). Pada setiap zaman manusia haruslah menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari ilmu. Keluasan kewajiban menuntut ilmu juga digambarkan dalam hadis, “Carilah ilmu walaupun di negeri Cina”. Artinya bahwa mencari ilmu tidak memiliki batasan tempat tertentu, sebagaimana juga tidak memiliki waktu tertentu seperti ibadah haji hanya di Mekah.
Masih dalam konsep kewajiban mencari ilmu, Muthahhari menukil salah satu hadis Rasulullah saw, “Seandainya engkau mengetahui apa yang terkandung di dalam mencari ilmu, maka niscaya mencarinya meskipun sampai harus mengalirkan darah dan menyelami lautan”. Dalam mengambil ilmu sebagai hikmah Muthahhari juga tidak membatasi pada satu golongan tertentu. Hal ini berdasarkan hadis Rasul saw, “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, yang akan diambil di mana saja mereka menemukannya”. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali kw juga menyatakan, “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, maka ambillah hikmah itu meskipun dari orang munafik”. 4
Jika Islam memerintahkan menuntut ilmu dengan tiada batasan golongan tertentu, waktu, tempat dan pengajarnya lalu mengapa Islam begitu mundur dan selalu berteman dengan kebodohan? Hal inilah yang sangat menyedihkan karena sesungguhnya perintah-perintah yang mulia ini telah ditinggalkan begitu saja oleh pengikut Islam itu sendiri.
Lebih jauh, tesis ini akan meneliti lebih dalam lagi mengenai buah pemikiran Murtadha Muthahhari mengenai pendidikan Islam. Hal ini, sebagaimana apa yang ada dalam pikiran penulis, adalah sangat penting diketahui oleh khususnya para pelajar/mahasiswa dalam bidang pendidikan Islam. Dan, lebih dikarenakan, seperti apa yang diutarakan di muka, bahwa pemikiran Muthahhari mengenai pendidikan masih belum dikumpulkan secara khusus dalam suatu konteks yang menyeluruh. Tentunya, penulis berharap, tesis ini merupakan sebuah usaha untuk secara serius mengumpulkan ide-ide Muthahhari mengenai pendidikan, yang diharapkan juga dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan Islam Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Penulis dapat merumuskan masalah dalam penulisan tesis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari?
2. Bagaimana kedudukan fitrah dalam sistem pendidikan Islam dalam pandangan Murtadha Muthahhari?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasarkan fakta dan data yang benar serta dapat dipercaya tentang pokok-pokok konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari.
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
1) Mendapatkan data dan fakta yang sahih mengenai pokok-pokok konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari, sehingga dapat menjawab semua permasalahan secara memuaskan.
2) Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, terutama bagi kemajuan ilmu pendidikan, khususnya menyangkut konsep pendidikan Muthahhari yang belum begitu dikenal akrab oleh pakar-pakar di bidang pendidikan.
b. Kegunaan praktis
1) Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Fakultas Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyyah Jakarta.
2. Merupakan sumber referensi bagi jurusan ilmu pendidikan (tarbiyyah), yang akan meneliti lebih lanjut mengenai konsep pendidikan Murtadha Muthahhari.
3) Memberikan masukan bagi para pakar di bidang pendidikan mengenai keunggulan dan originalitas konsep pendidikan Muthahhari, yang nantinya diharapkan dapat ditransfer ke dalam dunia pendidikan Islam Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan pengembangan dari metode deskriptif, yakni metode yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang bersifat kritis. Sedangkan metode deskriptif analitis, seperti dikemukakan oleh Suriasumantri, yaitu metode yang dipergunakan untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran manusia yang telah tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang berbentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis terhadapnya.5 Fokus penelitian deskriptif analitis adalah berusaha mendeskripsikan, membahas, dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model.6
2. Metode Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan “teknik penelitian kepustakaan” (library research methode), yaitu kegiatan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis untuk menunjang penelitian. data yang dikumpulkan berupa literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian, baik dalam bentuk buku, artikel majalah, ensiklopedia, kamus, dan sebagainya.
3. Sumber Utama
Sumber utama dalam penelitian ini adalah buku-buku karya Murtadha Muthahhari yang memuat pemikirannya mengenai konsep pendidikan Islam. Di antara buku yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah:
a. Al-Fithrah. Teheran: Muassasah al-Bi'tsah.
b. Falsafat al-Akhlak, Teheran: Muassassah al-Bi'tsah.
c. Man and Universe. Qum: Ansariyan Publication.
d. Ad-Dawāfi’ Nahw al-Mādiyah. Qum: Ansariyan Publication.
e. Muhadharat fi ad-Din wa al-Ijtima’. Teheran: Muassasah al-Bi'tsah.
f. Inna ad-Dīn ‘inda Allah al-Islām. Qum: Muassasah Sadr.
g. Society and History. Teheran: The Council for Ten-Day Dawn Celebrations
h. Ceramah-ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan, terjemahan Dah Guftor oleh A. Subandi. Jakarta: Lentera.
i. Pengantar Menuju Logika, terjemahan Asynai ba Ulume Islami, Duruse Mantiq oleh I.H. Al-Habsyi. Bangil: Yapi.
j. Manusia dan Agama. Bandung: Mizan, 1995.
E. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan isi tesis ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Di dalamnya menguraikan secara singkat mengenai latar-belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan & kegunaan, sistematika penulisan, serta metodologi penelitian/penulisan.
Bab II Biografi dan Karya-karya Muthahhari
Bab ini akan membahas secara khusus mengenai biografi Muthahhari. Pembahasan mengenai biografi tokoh ini dirasakan penting sebagai bahan untuk menganalisis pemikiran-pemikirannya, yang mana pemikiran seorang tokoh umumnya tidak terlepas dari proses pergulatan hidup yang dijalaninya.
Bab III Kerangka Teori
Bab ini akan secara khusus membahas kerangka teori yang menjadi pijakan dalam pembahasan selanjutnya.
BAB IV Pokok-pokok Konsep Pendidikan Murtadha Muthahhari
Bab ini akan membahas hal-hal mengenai seluruh ide-ide Murtadha Muthahhari mengenai pendidikan beserta hal-hal yang terkait dengannya. Bab ini juga berupaya menganalisis seluruh pemikirannya yang terkait dengan konsep pendidikan.
Bab V Kesimpulan
Merupakan bab terakhir dari tesis ini yang akan menyajikan hasil pembahasan dari penelitian mengenai garis besar konsep pendidikan Murtadha Muthahhari.
This is the html version of the file http://harjasaputra.files.wordpress.com/2007/03/bab-i.DOC.
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.
Langganan:
Postingan (Atom)
Welcome to viiNthaces blog
WELCOME TO MY BLOG. Have a GLAD